sebuah sajak



DIAMKU

Diamku
Hanya aku yang dapat menafsirkannya
Bahkan gelas kopi yang biasnya menemani sunyiku
Kini menyerah mengartikanku

Diamku,
Membuatku tak kenal siapa diriku
Bahkan cermin didepanku segan untuk sekadar menyapa.

Padahal,
Diamku hanya berujung pada satu pangkal
Masa lalu yang menyapa kembali
Disaat aku berlari ke pelukan masa depan.
Bukan karena aku takut, bahkan aku sangat berani
Tapi, mungkin hanya aku yang tahu akan diamku ini

Sekarang, mungkin saatnya gelas kopi berdiskusi dengan si cermin
Sampai diamku pun menemukan suaranya.

Yogyakarta, 11 Januari 2014
01.54 wib

Komentar